MAKALAH
SEJARAH PERADABAN ISLAM
Dosen Pengampu : Kuat Ismanto, M.S.I
![]() |
|||||
![]() |
![]() |
||||
Nama Kelompok :
1.
Abdul Rozak (2011 111 061)
2.
Nurwijayanti (2011 111 064)
3.
Nastutik Ulumiyah (2011 111 067)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah
SWT yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul “Peradaban Islam Pada Masa Bani Abbasiyah” dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam
segala keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung
kelancaran tugas kami, serta pada anggota tim kelompok 3 yang selalu kompak dan
konsisten dalam penyelesaian tugas ini.
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam dan dipresentasikan dalam pembelajaran di kelas. Makalah ini
dianjurkan untuk dibaca oleh semua mahasiswa pada umumnya sebagai penambah
pengetahuan dan pemahaman sejarah peradaban islam di masa lampau.
Akhirnya
penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim penulis khususnya dan
pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah
adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang
konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL................................................................................................
1
KATA
PENGANTAR..............................................................................................
2
DAFTAR
ISI.............................................................................................................
3
BAB
I. PENDAHULUAN.......................................................................................
4
BAB
II. PEMBAHASAN........................................................................................
5
- BERDIRINYA BANI ABBASIYAH......................................................... 5
- PENGOKOHAN PEMERINTAHAN BANI ABBASIYAH……………. ....6
- PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN DAN POLITIK......................... 8
- KEJAYAAN BANI ABBASIYAH............................................................. 11
- FAKTOR KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN BANI ABBASIYAH..14
BAB III. PENUTUP.................................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
16
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah tak ubahnya kacamata masa lalu
yang menjadi pijakan dan langkah setiap insan di masa mendatang. Hal ini
berlaku pula bagi kita para mahasiswa, untuk tidak hanya sekedar paham sains
tapi juga paham akan sejarah kebudayaan islam di masa lalu untuk menganalisa
dan mengambil ibrah dari setiap peristiwa yang pernah terjadi. Seperti yang
kita ketahui setelah tumbangnya kepemimpinan masa khulafaurrasyidin maka
berganti pula sistem pemerintahan Islam pada masa itu menjadi masa daulah, dan
dalam makalah ini akan disajikan sedikit tentang masa daulah Abbasiyah.
Dengan
segala keterbatasan tim penulis, maka dalam makalah ini tidak akan dijabarkan
satu persatu secara rinci, tapi akan dibahas inti dari masa daulah Abbasiyah
pada waktu itu
Demikianlah sedikit gambaran mengenai isi makalah ini yang tim
penulis buat dengan metode literatur kaji pustaka terhadap buku-buku yang
berhubungan dengan tema makalah yang kami buat.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
PERADABAN ISLAM MASA BANI ABASSIYAH
- BERDIRINYA DINASTI ABBASIYAH
Nama dinasti abbasiyah diambil dari
nama salah seorang dari paman Nabi Muhammad saw yang bernama ibn abd
al-muttalib ibn hasyim.orang abbasiyah merasa lebih berhak dari pada bani
umayah atas kekhalifahan islam, sebab mereka adalah dari cabang bani Hasyim
yang secara nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi menrut mereka. Orang umayah
secara paksa menguasai khalifah melalui tragedi perang siffin.oleh karena itu,
untuk mendirikan dinasti abbasiyah mereka mengadakan gerakan yang luar biasa
melakukan pemberontakan terhadap dinasti umayah.
Pada tahun 132 H pemerintahan bani
umayah jatuh, kemudian keturunan Al-abbas pun naik untuk menduduki kursi
khalifah. Dalam kejadian tersebut ada revolusi besar. Revolusi tersebut bukan
dari bangsa Persia
untuk melawan bangsa arab,tetapi revolusi untuk melawan bani Umayah. Tujuanya
untuk mengubah pemerintahan bani umayah menjadi abbasiyah. Revolusi tersebut
adalah revolusi bangsa Persia,
karena Abu salim yang mengomandani revolusi tersebut adalah orang Persia,dari
kabilah khaddasy. Namun ada sesustu yang lebih penting dari hal itu, yakni
Ibrohim bin Muhammad bin Ali orang yang menyebarkan propaganda abbasiyah.
Proaganda tersebut pertama kali
muncul yaitu pada tahun 103 H, pada tahun tersebut Muhammad bin Ali bin
Abdillah bin Abbas mengirim dua belas utusan kekhurasan untuk melakukan
propaganda. Akan tetapi konspirasi bani abbas bersama khurasan tidak terjadi
karena khurasan bukan arab atau karena khurasan memiliki hokum yang berbeda
dengan bangsa arab.
Propaganda Abbasiyah bias dikatakan
sebagai propaganda untuk menjatuhkan Negara, bukan propaganda suku. Propaganda
yang memakai baju agama untuk menjatuhkan bani umayah yang dituduh sebagai
orang-orang yang kafir, propaganda untuk mengembalikan urusan kepada asalnya.
Propaganda untuk ridha kepada ahlul bait,
orang-orang yang berhak memiliki khalifah. Mereka menyeru bahwa bani umayyah
tidak bias merealisasikan syiar,syiar
agama untuk berdiri.
Sebelum
daulah Bani Abbasiyah berdiri, terdapat
3 tempat yang
menjadi pusat kegiatan
kelompok Bani Abbas,
antara satu dengan yang lain mempunyai kedudukan tersendiri
dalam memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman
nabi SAW yaitu Abbas Abdul Mutholib (dari namanya Dinasti itu disandarkan). Tiga tempat itu adalah Humaimah, Kufah dan Khurasan.
Humaimah merupakan kota kecil tempat keluarga Bani Hasyim bermukim,
baik dari kalanga pendukung
Ali maupun pendukung
keluarga
Abbas. Humaimah terletak berdekatan dengan Damsyik.
Kufah merupakan
kota yang penduduknya menganut aliran
Syi‘ah pendukung Ali
bin Abi Tholib. Ia
bermusuhan secara terang-terangan
dengan golongan Bani
Umayyah. Demikian pula
dengan Khurasan, kota yang
penduduknya
mendukung Bani Hasyim.
Ia mempunyai warga yang bertemperamen pemberani, kuat fisiknya, tegap tinggi,
teguh pendirian tidak mudah terpengaruh nafsu dan tidak mudah
bingung dengan
kepercayaan
yang menyimpang.
Disinilah diharapkan dakwah kaum Abbassiyah mendapatkan
dukungan.
- PENGOKOHAN PEMERINTAHAN BANI ABBASIYAH
Fase pertama untuk mengokohkan
pemerintahan bani abbasiyah yang terjadi
dijaman abul abbas As-saffah dengan menyingkirkan abu salamah. Abu salamah itu
sendiri adalah pemimpin propaganda. Bakir bin Haman berpesan kepada Muhammad
bin Ali untuk menjadikannya sebagai pemimpin.
Ketika Bani Abbasiyah datang ke
khufah setelah ia diambil dari Bani Umayyah, Abu Salamah tidak melaksanakan
perintah dan memberikan kepada mereka khilafah, Abu Salamah ingin memberikan
khilafah kepada kelurga Ali, namun Abu Jahm dan Abu Muslim bias mengatasi
keinginan tersebut dan mengumumkan kedatangan Bani Abbsiyah. Selsailah
pengangkatan Bani Abbasiyah meskipun penolakan Abu Salamah. Setelah itu Abu
Salamah menghubungi keluarga Ali dan meminta mereka untuk mengambil kembali
khilafah, tetapi mereka menolaknya. Abul Abbas mengirim surat kepada Abu Muslim yang berisi agar ia
membunuh Abu Salamah, Abu Muslim pun mendapat kesempatan untuk dapat balas
dendam kepada Sulaiman bin katsir Al-yamani, oaring yang pertama kali
melawannya ketika datang ke khurusan.
Abu Muslim pun bersiap-siap untuk
bertindak untuk melakukan tugasnya tetapi dengan syarat dia bebas syarat
bertindak kepada Sulaiman. Terjadilah kesepakatan tersembunyi. Abu Muslim pun
mengirimkan para pengikutnya ke Kufah. Ketika konspirasi mulai direncanakan,
Abu Abbas As-sofah. Mengumumkan bahwa dia ridho kepada Abu Salamah diserang dan
dibunuh. Orang-orang pun bersedih, tersebar bahwa khawarit telah membunuhnya.
Fase kedua. Untuk mengokohkan
kekuasaan. Bani Abbasiyyah pun melenyapkan gerakan-gerakan politik Persia yang
menyimpang dari islam.gerakan pertama yang muncul adalah Ruwandiyah, Ruwandiyah
adalah sekte yang berkeyakinan bahwa Abu Ja’far Al-Manshur adalah Tuhan yang
memberi rizki, makanan, dan minuman kepada mereka, mereka terang-terangan
menampakkan keyakinan tersebut. Abu Ja’far Al-Manshur dikatakan Tuhan yang
memberi rizki karena pada suatu hari Abu Muslim diundang sendirian oleh
khalifah, khalifah menghinanya, Abu Muslim pun meminta maaf, namun khalifah
berkata kepadanya “Allah akan membunuhkan jika aku tidak membunuhmu”. Ketika
itu Abu Ja’far telah menyediakan harta yang banyak, ketika dia selesai membunuh
Abu Muslim para bendarawan pun keluar dengan membawa harta dan membagikannya
kepada orang-orang khurasan.
Salah satu upaya untuk melenyapkan
gerakan yang menyimpang dari islam adalah melenyapkan revolusi sunbadz. Sunbadz
marah dengan pembunuhan Abu Muslim Al-khurasani dan bertekat untuk balas
dendam. Diapun mengmpulkan orang-orang kharramniah atau orang-orang Khandasy,
masdaq dan lain-lain. Dengan terang-terangan memusuhi islam dan bermaksud pergi
ke mekah untuk menghancurkan ka’bah, abu Ja’far memutus jahwar bin Marar
Al-azali kepadanya. Diapun menemuinya dan membunuh tentaranya yang banyak.
- PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN DAN POLITIK.
Masa pemerintahan dua khalifah yang pertama Abu
al-Abbas al-Asaffah dan saudaranya Abu Ja,far al-Mansur, merupakan masa
pembentukan dan konsolidasi orientasi pemerintahan, di antara kedua khalifah
ini yang paling gigih dalam membina pemerintahan adalah Abu Ja,far al-Mansur,
untuk mendapatkan posisi dinasti Ia menghadapi lawan-lawannya dengan keras
seperti bani Umayyah, Khawarij, dan syiah,ia menyingkirkan tokoh-tokoh yang
menjadi lawan politiknya[1].
Untuk mengokohkan posisi dinastinya al-Mansur
mula menyusun strategi yang berbeda dengan dinasti Bani Umayyah yang bercorak
ke araban, ia mengambil hubungan dengan Persia dan melengkapi struktur
pemeritahan, pertma memindahkn ibukota dari Damaskus ke Bagdad dekat
ibukota Persia kedua tentara pengawal tidak lagi dari orang arab
melainkan dari Persia, ketiga dala administrasi pemerintahan Persia
al-Mansur mengangkat wazir atau mentri yang membawahai kepala
departemen-departement[2]. Dan penarikan kembali daerah-daerah yang
sebelumnya melepaskan diri pemerintah pusat serta membentengai daerahdaerah
perbatasan.
Dalam menjalankan pemerintahan, Khalifah Bani Abbasiyah pada waktu itu dibantu
oleh seorang wazir (perdana
mentri) atau
yang jabatanya disebut dengan
wizaraat
Sedangkan wizaraat
itu dibagi lagi
menjadi
2 yaitu: 1) Wizaraat Tanfiz
(sistem pemerintahan
presidentil ) yaitu wazir hanya sebagai pembantu Khalifah
dan bekerja atas
nama Khalifah. 2) Wizaaratut Tafwidl (parlemen kabimet). Wazirnya
berkuasa penuh untuk memimpin pemerintahan . Sedangkan Khalifah
sebagai lambang saja . Pada kasus lainnya
fungsi Khalifah sebagai pengukuh
Dinasti-Dinasti lokal sebagai
gubernurnya Khalifah[3]
Selain itu, untuk membantu Khalifah dalam menjalankan tata usaha negara diadakan sebuah dewan yang bernama diwanul kitaabah
(sekretariat negara) yang dipimpin
oleh seorang raisul kuttab (sekretaris negara). Dan dalam
menjalankan pemerintahan
negara, wazir dibantu beberapa raisul diwan (menteri departemen-departemen). Tata usaha negara bersifat sentralistik
yang dinamakan an-nidhamul idary al-markazy.
Dalam zaman daulah Abbassiyah juga didirikan angkatan perang, amirul
umara, baitul maal, organisasi
kehakiman,
Selama
Dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan
yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial,
ekonomi dan budaya, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-
beda sesuai dengan perubahan politik, sosial,
ekonomi dan budaya. Sistem politik yang dijalankan oleh Daulah
Bani Abbasiyah I antara lain
:
a. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab,
sedang para menteri, panglima, Gubernur dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia
dan
mawali.
b. Kota Baghdad digunakan sebagai
ibu kota negara, yang menjadi
pusat kegiatan politik, ekonomi
sosial dan kebudayaan.
c. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia .
d. Kebebasan
berfikir sebagai HAM diakui
sepenuhnya
.
e. Para menteri turunan
Persia diberi
kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya dalam pemerintah.[4]
Berdasarkan perubahan tersebut, para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi 3 periode, yaitu :
1. Periode
Pertama (750-847 M)
Pada periode ini, seluruh kerajaan Islam berada di dibawah kekuasaan para Khalifah kecuali
di Andalusia. Adapun para Khalifah yang memimpin
pada ini sebagai berikut :
a. Abul Abbas as-saffah (750-754 M)
b. Abu Ja’far al mansyur (754 – 775 M)
c. Abu
Abdullah M. Al-Mahdi bin Al
Mansyur (775-785 M)
d. Abu Musa Al-Hadi (785—786 M)
e. Abu
Ja’far Harun Ar-Rasyid (786-809 M)
f. Abu Musa Muh.
Al Amin (809-813 M)
g. Abu Ja’far Abdullah Al Ma’mun (813-833 M)
h. Abu Ishak M. Al Muta’shim (833-842 M)
i. Abu Ja’far Harun Al Watsiq (842-847 M)
j. Abul Fadhl Ja’far Al Mutawakkil (847-861).[5]
2. Periode
kedua (232 H/847 M - 590 H/1194 M)
Pada periode ini, kekuasaan bergeser dari system sentralistik pada sistem desentralisasi, yaitu ke
dalam tiga negara otonom
:
a. Kaum Turki (232-590 H)
b. Golongan Kaum Bani Buwaih (334-447 H)
c. Golongan Bani Saljuq (447-590 H)
Dinasti-Dinasti di atas pada akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa
Khalifah Abbassiyah.
3. Periode
ketiga (590 H/1194 M - 656 H/1258 M)
Pada periode
ini, kekuasaan berada kembali ditangan Khalifah,
tetapi hanya
di baghdad dan kawasan-kawasan sekitarnya.
Sedangkan para ahli kebudayaan
Islam membagi
masa kebudayaan Islam di zaman daulah Abbasiyah kepada 4 masa, yaitu :
1. Masa Abbasy I, yaitu semenjak lahirnya Daulah Bani Abbasiyah tahun 750 M,
sampai meninggalnya Khalifah
al-Wasiq (847 M).
2. Masa Abbasy II, yaitu mulai Khalifah
al-Mutawakkal (847 M), sampai
berdirinya daulah Buwaihiyah
di Baghdad (946 M).
3. Masa Abbasy III, yaitu dari berdirinya daulah Buwaihiyah tahun (946 M) sampai masuk kaum Seljuk ke Baghdad (1055 M).
4. Masa Abbasy IV, yaitu masuknya orang-orang Seljuk ke Baghdad
(1055 M), sampai jatuhnya Baghdad ke tangan Tartar di bawah pimpinan Hulako
(1268 M).
- KEJAYAAN BANI ABBASIYAH.
1.
Gerakan penerjemahan
Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah
Umayyah, upaya untuk menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing terutama
bahasa yunani dan Persia
ke dalam bahasa arab mengalami masa keemasan pada masa DaulahAbbasiyah. Para ilmuandiutus ke daeah Bizantium untuk mencari
naskah-naskah yunanidalam berbagai ilmu terutama filasafat dan kedokteran.
Sedangkan perburuan manuskrip di daerah timur seperti Persia adalah terutama dalam bidang
tata Negara dan sastra.
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah
Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota
Baghdad. Pada
awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama dalambidang astrologi,
kimia dan kedokteran. Kemudiannaskah-naskahfilsafat karya Aristoteles dan Plato
juga diterjemahkan. Dalam masa keemasan, karya yang banyak diterjemahkan
tentang ilmu-ilmu pramatis seperti kedokteran. Naskah astronomi dan matematika
juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi, drama, cerpen dan sejarah
jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang bermanfa’at dan dalam hal
bahasa,arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat maju.
-
Baitul hikmah
Baitul hikmah merupakan perpustakaan yangberfungsi sebagai
pusat pengembagan ilmu pengetahuan.
-
Pada masa harun ar-rasyid
Institusi ini bernama Khizanahal-Hikmah (Khazanah
kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian.
-
Pada masa al-ma’mun
Lembaga ini dikembangkan sejak tahun 815 M dan diubah namanya
menjadi Bait al-Hikmah, yang dipergunakan secara lebihmaju yaitu
sebagaitempatpenyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan
bahkan dariEthiopia danIndia. Direktur perpustakaannya seorang nasionalis Persia
dan ahli pahlewi, Sahl Ibn Harun. Di bawah kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini
sebagai perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study dan riset astronomi dan
matematika.
2.
Dalam bidang filasafat
Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan
yang sangat luas seperti logika, geometri, astronomi, dan musik yang
dipergunakan untuk menjelaskan pemikiran abstrak, garis dan gambar, gerak dan
su ibn Ishaq al-Kinemasa abbasiyah seperti Ya’kub ibn Ishaq al-Kinl-Farabi,Ibn
Bajah, Ibnu Tufaildan Ibn Rushd menjelaskan pemikiran-pemikirannya dengan
menggunakan contoh, metamor, analogi, dan gambaranimajinatif.
3.
Dalam bidang hukum Islam
Karya pertama yang diketahui adalah Majmu’ al Fiqh karya Zaid
bin Ali (w.122 H/740 M)yang berisi tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakimagung
yang pertama adalah Abu Hanifah (w.150/767).meskidiangap sebagai pendiri
madzhab hanafi,karya-karyanya sendiri tidakada yang terselamatkan. Dua bukunya
yang berjudul Fiqh alAkbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan
Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya terselamatkankarena ditulis
oleh para muridnya.
4.
Perkembangan Ekonomi
Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan. Sudah
terdapat berbagai macamindustri sepertikain linen di mesir, sutra darisyiria
dan irak, kertas dari samarkand, serta berbagai
produk pertanian sepertigandum dari mesir dan kurma dari iraq. Hasil-hasil industri dan
pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyahdan Negara
lain.
Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini,
urbanisasi tak dapat dibendung lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang
juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat melambungkan
perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang
sangat penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang
di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan erdagangan antara
keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia.
5.
Dalam bidang Peradaban
Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam.
Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu
pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat
peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di
dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli
dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga muncul pada
masa ini. Pesatnya perkembangan peradaban juga didukung oleh kemajua ekonomi
imperium yang menjadi penghubung dunua timur dan barat. Stabilitas politik yang
relatif baik terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan
peradaban Islam.[6]
- FAKTOR KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN BANI ABBASIYAH
Disamping kelemahan Khalifah, banyak
faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing
faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa di antaranya adalah
sebagai berikut:
1. Faktor Internal.
a.
Persaingan
antar Bangsa
Kecenderungan
masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal
Khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para Khalifah adalah
orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas politik
dapat terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang Khalifah yang lemah, naik tahta,
dominasi tentara Turki tidak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Daulah Abbasiyyah
sebenarnya sudah berakhir.
b.
Kemerosotan Ekonomi
Kondisi politik yang tidak stabil
menyebabkan perekonomian negara morat-marit.
Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik Dinasti
Abbasiyah. Kedua faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan
Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik Dinasti
Abbasiyah. Kedua faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan
c.
Konflik Keagamaan
Konflik yang
melatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara Muslim dan
Zindik atau Ahlussunnah dengan Syi’ah saja, tetapi juga antara aliran dalam Islam.
Zindik atau Ahlussunnah dengan Syi’ah saja, tetapi juga antara aliran dalam Islam.
d.
Perkembangan Peradaban dan Kebudayaan
Kemajuan besar
yang dicapai Dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para
penguasa untuk hidup mewah, yang kemudian ditiru oleh para haratawan dan
anak-anak pejabat sehingga menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan rakyat
menjadi miskin.
2.
Faktor Eksternal
a. Perang Salib
yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban.
b. Serangan
tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena
para pendiri dan penguasanya adalah keturunan al Abbas paman Nabi Muhammad SAW.
Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah
ibn Abbas.
Pada periode pertama pemerintahan bani
Abbas mencapai masa keemasannya.Secara politis, khalifah betul-betul tokoh yang
kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain,
kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil
menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam
Islam. Namun setelah periode ini berakhir pemerintahan Bani Abbas mulai menurun
dalam bidang politik meskipun filsafat dan ilmu ilmu pengetahuan terus
berkembang.
Pada mulanya ibu kota negera adalah al-Hasyimiyah dekat kufah.
Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga setabilitas Negara al-Mansyur
memindahkan ibu kota Negara ke Bagdad.
Dengan demikian pusat pemerintahan
dinasti Abasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia. Al-Mansyur melakukan
konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal
untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Dia menciptakan
tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator departemen, dia juga menbentuk
protokol Negara, sekertaris, dan kepolisian Negara disamping membenahi angkatan
bersenjata. Jawatan pos yang sudah ada ditingkatkan peranannya dari mengatar surat sampai menghimpun
seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat
berjalan lancar.
DAFTAR ISI
1. Nurhakim. Moh, Sejarah Peradaban Isla, UMM Press,
Malang,2004.
2. Ira M. Lapidus,Sejarah Sosial
Ummad Islam, terj.Ilyas Hasan, Bandung:
Mizan,1980.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar